Quote:
1. Kurangnya pemahaman, pengkhayatan, dan pengamalan Agama.
Agama mengajarkan pola hidup sehat, memberikan solusi untuk seluruh masalah, menganjurkan untuk menjaga diri sendiri dan lingkungan hidup yang jika dipahami, dikhayati, dan diamalkan secara sempurna, akan menuntun seseorang menuju hidup bebas Narkoba.
(Prof. DR. Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul 'ilmu jiwa Agama', menulis : "Masalah pokok yang sangat menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilai-nilai di mata generasi muda. Mereka dihadapkan kepada berbagai kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral, yang menyebabkan mereka bingung untuk memilih mana yang baik untuk mereka. hal ini nampak jelas pada mereka yang sedang berada pada usia remaja, terutama pada mereka yang hidup di kota-kota besar Indonesia, yang mencoba mengembangkan diri ke arah kehidupan yang disangka maju dan modern, di mana berkecamuk aneka ragam kebudayaan asing yang masuk seolah-olah tanpa saringan.
Sikap orang dewasa yang mengejar kemajuan lahiriyah tanpa mengindahkan nilai-nilai moral yang bersumber kepada agama yang dianutnya, menyebabkan generasi muda kebingungan bergaul karena apa yang dipelajarinya di sekolah bertentangan dengan apa yang dialaminya dalam masyarakat, bahkan mungkin bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri di rumah. Kontradiksi yang terdapat dalam kehidupan generasi muda itu, menghambat pembinaan moralnya. Karena pembinaan moral itu terjalin dalam pembinaan pribadinya. Apabila faktor-faktor dan unsur-unsur yang membina itu bertentangan antara satu sama lain, maka akan goncanglah jiwa yang dibina terutama mereka yang sedang mengalami pertumbuhan dan perubahan cepat, yaitu pada usia remaja.
Kegoncangan jiwa, akibat kehilangan pegangan itu telah menimbulkan berbagai ekses, misalnya kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika, dan sebagainya. Dalam pengalaman kami menghadapi remaja yang oleh orang tua dan gurunya dianggap nakal (memang kelakuannya nakal, misalnya tidak mau belajar, menentang orang tua, mengganggu keamanan, merusak, dan sebagainya) dan mereka yang telah menjadi korban dari penyalahgunaan narkotika, terasa sekali bahwa yang terjadi sebenarnya adalah kegoncangan jiwa akibat tidak adanya pegangan dalam hidupnya.)
|
Quote:
2. Memiliki keyakinan Adiktif
Keyakinan adalah hal-hal yang diyakini seseorang dan dianggap benar, mengenai diri sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya, yang mempengaruhi perasaan dan perilakunya sehari-hari. Keyakinan Adiktif adalah keyakinan yang menjadikan orang itu rentan terhadap kecanduan Narkoba. Misalnya :
Saya harus sempurna dan tampil sempurna
Saya harus menguasai dan mengendalikan orang lain
Saya harus memperoleh apa yang saya inginkan
Hidup harus bebas dari rasa sakit atau penderitaan
Saya ingin segalanya terjadi sesuai keinginan saya
Semua orang harus peduli dan mengerti terhadap saya
Saya ingin hidup ini bebas aturan
Dalam kenyataan, hal itu tidak mungkin tercapai. Oleh karena itu orang tersebut lalu mengembangkan keyakinan lain seperti :
Saya tidak pernah cukup puas (saya tidak berharga)
Saya tidak mampu mempengaruhi lingkungan saya
Narkoba atau sesuatu lainnya di luar saya memberi saya kekuatan yang saya inginkan
Takut mengakui perasaannya
Citra diri dan penampilan adalah segalanya
|
Quote:
3. Kepribadian Adiktif
Kepribadian Adiktif adalah jati diri seseorang, yaitu pikiran, perasaan dan kemauan yang ditampilkan dalam perilakunya sehari-hari. Kepribadian yang menunjukkan bahwa orang itu rentan terhadap kecanduan Narkoba.
(Nilai-nilai moral yang akan diambilnya menjadi pegangan, terasa kabur, terutama mereka yang hidup di kota besar dari keluarga yang kurang mengindahkan ajaran agama dan tidak memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anaknya. Seandainya keadaan ini dibiarkan berjalan dan berkembang , maka pembangunan bangsa kita akan terganggu, bahkan mungkin akan gagal. Karena tujuan pembangunan kita adalah untuk mencapai kesejahteraan hidup yang seimbang antara kemakmuran lahiriyah dan kebahgiaan batin, atau dengan kata lain, sifat pembangunan negara kita adalah pembangunan yang seimbang antara jasmani dan rohani, antara materiil dan spirituil, antara kehidupan dunia dan akhirat.
Secara nasional bahayanya adalah menghambat tercapainya tujuan pembangunan dan secara pribadi atau masing-masing anggota masyarakat, mereka akan kehilangan kebahagiaan. Coba bayangkan, bagaimana perasaan orang tua, ketika melihat anaknya malas belajar, suka melawan, menentang dan nakal atau terganggu jiwa, tidakkah mereka akan sedih? Di samping itu remaja sendiri merasa hari depannya kabur, yang biasa mereka sebut dengan masa depan yang suram, karena mereka tahu bahwa apa yang yang terjadi pada diri mereka itu adalah yang merugikan, tapi mereka tidak mampu mencari jalan keluarnya, lalu mereka mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan itu dengan mencari obat penenang yaitu mencari narkotika atau kelakuan nakal.)
Ciri kepribadian Adiktif, antara lain :
Pola pikir Adiktif
· Selalu mencari persetujuan dan perhatian orang lain
· Tidak mampu mengambil keputusan sendiri
· Tidak mampu mengendalikan emosi
· Kebutuhan akan ketergantungan pada sesuatu
· Banyak berkhayal
Perasaan Adiktif
· Batin terasa hampa
· Hidup tanpa makna dan tujuan
· Perasaan sedih
· Perasaan beku atau hambar
· Takut mengambil suatu resiko
Perilaku Adiktif
· Kurang memiliki jati diri
· Kesulitan berhubungan dengan figure / orang / tokoh yang berkuasa atau berwenang
· Cenderung menyalahkan orang lain
· Kurang mapu mengatasi suatu masalah
· Kebutuhan akan pemuasan yang bersifat segera
|
Quote:
4. Ketidakmampuan menghadapi masalah :
Orang yang tidak berlatih menghadapi masalah dan menyelesaikannya dengan baik dan benar cenderung mudah mengalami kebingungan dan frustasi. Ia lebih suka mencari penyelesaian yang bersifat seketika dan langsung memuaskannya.
|
Quote:
5. Tak terpenuhinya kebutuhan Emosional, Sosial, & Spiritual :
Setiap orang membutuhkan perasan diterima oleh lingkungan terdekat terutama keluarga14, di sekolah dan diantara temantemannya, rasa aman, rasa dihargai, dan dicintai.
(Dr. A. Supratiknya menulis dalam bukunya yang berjudul 'Mengenal Perilaku Abnormal' : "yang dimaksud dengan hubungan orang tua – Anak yang patogenik adalah hubungan tidak serasi, dalam hal ini antara orang tua dan anak, yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak. Menurut Coleman, Butcher dan Carson (1980), ada tujuh macam pola hubungan orang tua –anak yang patogenik :
1) Penolakan. Bentuk-bentuknya antara lain : menelantarkan secara fisik, tidak menunjukkan cinta dan kasih sayang, tak menunjukkan perhatian pada minat dan prestasi anak, menghukum secara kejam dan sewenang-wenang, tak meluangkan waktu bersama anak, tak menghargai hak dan perasaan anak; memperlakukan atau menyiksa anak secara kejam.
2) Overproteksi dan sikap serba mengekang. Bentuknya antara lain mengawasi anak secara berlebihan, melindunginya dari segala risiko, menyediakan berbagai kemudahan hidup secara berlebihan, mengambilkan segala keputusan bagi anak, menerapkan aturan-aturan yang ketat, sehingga membatasi otonomi dan kebebasan anak.
3) Menuntut secara tidak realistik. Memaksa anak agar memenuhi standar yang sangat tinggi dalam segala hal, sehingga menimbulkan rasa tak mampu anak.
4) Bersikap terlalu lunak pada anak (over-permissive) dan memanjakan. Perlakuan ini dapat menjadikan anak egois, serba menuntut, dan sebagainya.
5) Disiplin yang salah. Artinya, penanaman disiplin yang terlalu keras atau terlalu longgar oleh orang tua. Sesungguhnya, yang penting adalah memberikan ramburambu dan bimbingan sehingga anak tahu apa yang dianggap baik atau buruk serta apa yang diharapkan atau tidak diharapkan darinya.
6) Komunikasi yang kurang atau komunikasi yang irasional. Mungkin orang tua terlalu sibuk sehingga kurang menyediakan kesempatan untuk berkomunikasi dengan anak. Atau tersedia cukup kesempatan untuk berkomunikasi, namun pesan-pesan saling disalahtafsirkan karena disampaikan secara tidak jelas, dengan cara pesan verbal dan pesan nonverbal saling bertentangan, atau dari pihak orang tua dengan cara melecehkan pendapat anak. Situasi komunikasi di mana terjadi ketidakcocokan antara kata dan perbuatan dalam menyampaikan suatu pesan oleh Bateson (1960) disebut 'double bind' atau pesan gAnda.
7) Teladan buruk dari pihak orang tua. Orang tua memberikan teladan yang tidak baik kepada anak, misalnya ayah pemabuk, berperangai buruk, pemarah dan kalau marah suka mengeluarkan kata-kata kotor, bersifat kejam dan senang memukul istri ('wife batterer') maupun anak; sedangkan ibu kurang setia menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga, senang keluar rumah, dan sebagainya. Semua itu dapat menjadi persemaian bagus untuk melahirkan anak-anak yang bermasalah. – tambahan dari Penyusun.)
|
Quote:
6. Kurangnya dukungan Sosial :
Dukungan sosial sangat dibutuhkan seseorang dalam menghadapi masalah, terutama dukungan dari keluarga, teman sebaya dan masyarakat.
|
Judul : Ciri Orang-orang yang mudah terjerat Narkoba
Deskripsi : Quote: 1. Kurangnya pemahaman, pengkhayatan, dan pengamalan Agama. Agama mengajarkan pola hidup sehat, memberikan solusi untuk selu...